TULISAN
3
PENYESUAIAN DIRI
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan dengan
lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia pada
awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya
berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri
secara psikologis.
Penyesuain diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan
istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa
penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai
bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha
penguasaan (mastery) .
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan
adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di
perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti
perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan barunya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan
memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana
individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan
diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri
dimaknai sebagai usaha penguasaan ( mastery ), yaitu kemampuan untuk
merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal
ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini
merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia
diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap
sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi
(Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good
adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang,
efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang
efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak
energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon
yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan
sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang
ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku
di lingkungan tersebut.
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang
yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri
bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas atau kemampuan seseorang dalam
beradaptasi baik dari dalam maupun dengan lingkungan. Kapasitas ini bervariasi
antara yang satu dengan yang lainnya, karena berkaitan dengan kepribadian dan
tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena adanya perbedaan kualitas
penyesuaian diri antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau
budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada
setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian
diri.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada penyesuaian diri ada dua aspek yaitu: penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial seperti yang akan di jelaskan di bawah ini.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk
menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari
siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan
kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan
keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya
dan dapat berdampak negative atau perilaku yang menyimpang.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam lingkup sosial. Di dalam
lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling mempengaruhi satu sama
lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan
tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang
mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup
sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal
dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup
hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses
interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian
sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial
dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam
penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan
sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua penyesuaian di atas adalah dasar agar indvidu dapat
menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan yang tidak
sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu lingkungan
tersebut.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik ialah satu hal yang selalu
ingin diraih setiap orang, tapi untuk itu sangat sulit tercapai apalagi saat
dewasa ini yang banyak begitu tuntutan dan permasalahan baru yang terjadi
kecuali bila kehidupan orang itu benar-benar terhindar dari tekanan,
kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut
mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi
kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa
senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Di bawah ini ada 3 lingkungan yang dapat membentuk penyesuaian
diri individu diantaranya lingkungan keluarga, teman sebaya dan sekolah.
a. Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau
dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan,
cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan
menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya
berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan
pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam kenyataannya banyak orang
tua yang menyadari hal tersebut namun orang tua terkadang terlalu sibuk dengan
urusannya sendiri dengan berbagai alasan ada yang beralasan mengejar karir,
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi agar keluarganya dapat mapan dan amasa depan
anak-anaknya terjamin. Namun sayangnya hal ini seringkali ditanggapi negatif
oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan
dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup
panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di masa yang akan datang.
Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk
mengembangkan berbagai kemampuan, salah satunya kemampuan untuk penyusuaian diri
terhadap lingkungan baik secara fisiologis maupun psikologis apabila individu
di ajarkan dengan baik oleh orang tuanya maka kelak seorang individu dapat
menyesuaikan diri dengan baik dengan norma-norma yang berlaku di lingkungannya.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan
hubungan yang erat diantara kawan-kawan akan membantu individu dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan apalagi saat individu beranjak remaja dan
dengan adanya pertemanan yang erat akan membantu dirinya dalam penerimaan
terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam
memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang
lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat
kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang
tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada
masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab
pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya
mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa
depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik untuk
mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai
dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan
merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual
individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru
sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
PENGERTIAN PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia disebut
sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya
sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik
terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu
tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit
demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter
atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan
keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan
kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling
dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti
menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan
mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup
keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma
yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak
langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya
apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di
dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka
ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam
kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak
disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan
mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di
lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi
yang cuek.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan individu
Faktor genetik
Ø
Faktor keturunan — masa konsepsi
Ø
Bersifat
tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
Ø
Menentukan
beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti
temperamen
Ø
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
Ø
Mempengaruhi
individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
Ø
Faktor
eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari
lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan
pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah
individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
a. Aliran asosiasi
perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena
pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang
menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin
sendiri yang menimbulkan reflektion.
b. Psikologi gestalt
pertumbuhan adalah proses perubahan secara
perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru
kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada.
c. Aliran sosiologi
Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses
perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi
tahap disosialisasikan. Pertumbuhan individu sangat penting untuk dijaga dari
sejak lahir agar bisa tumbuh menjadi individu yang baik dan berguna untuk
sesamanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Wexley,
Kenneth N. & Gary A. Yukl, Organizational Behavior and Personnel
Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977
Yusuf,S.
(2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Offset
Smeltzer
bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8
, EGC, Jakarta.
Basuki,
Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Lur
Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan Mental.Purwokerto: STAIN press.